sebaga single, saya sering diiming-imingi oleh para tetua (konvensional) soal indahnya perkawinan. mereka memberi petuah atau ceramah soal pernikahan layaknya kepada anak kecil. kata mereka, dngan menikah, hidup
membaca gendhuk-nya sundari mardjuki adalah sebuah perjalanan ke kampung halaman. mengenang romantisme masa lalu yang begitu-begitu saja sebenarnya. namun banyak orang yang tak bisa melepaskan ingatan masa lalu
membaca sebuah novel yang menarik adalah setara dengan mengadakan perjalanan, traveling ke tempat-tempat yang instagramable namun belum banyak traveler kebanyakan yang mendatanginya. dan dalam perjalanannya menuju ke sana,
[ mulai tahun ini berencana aktif membaca buku, karena tahun lalu dan tahun lalu sebelumnya tak pernah mengagendakan waktu untuk membaca. sibuk? itu soal mindset aja. dan ini
sudah nyaris bulan kesebelas, namun sampai pagi ini tak satupun buku (apapun) terbaca tuntas. alasannya tentu karena malas saja. alasan-alasan seperti tak punya waktu, sibuk, capek, tak menemukan
personal branding sangat perlu untuk dilakukan agar keberadaan kita bisa lebih mudah dikenali dan diingat sebagai seseorang yang mempunyai karakter tertentu. personal branding adalah persepsi atau citra seorang
hari terakhir desember 2015. salah satu rutinitas personal yang biasa dilakukan oleh orang-orang kebanyakan adalah membuat resolusi. membuat daftar keinginan-keinginan yang ingin dicapai pada tahun depan, tentu target-targetnya